RUANG RINDU
Dunia Andri Bunyi jangkrik terdengar nyaring dari perkarangan rumahmu. Menemani sepi dan dinginnya malam di akhir November itu. Menemani kamu dengan setumpuk tugas kuliah yang memaksa kamu begadang, karena deadline waktu semakin mendesak. Layar netbook makin membuat matamu perih. Apalagi kantuk semakin menggodamu. Bantal, guling, dan kasurmu seolah tertawa mengejek. Meminta untuk kamu tiduri. Namun kamu menggelengkan kepala. Meyakinkan hati jika kamu harus bertahan. Tiba-tiba jari tanganmu berhenti mengetik. Bukan karena kehabisan bahan untuk paper kamu. Karena nyatanya buku-buku referensimu bertebaran di mana-mana. Tapi sekelumit senyum itu mencul begitu saja di dalam kepalamu. Memaksa minggir setumpuk rumus statistik sosial yang memenuhi otakmu. Senyuman dari gadis yang biasa-biasa saja. Yang kecantikannya tidak meredupkan orang-orang di sekelilingnya. Gadis yang sederhana, tapi ‘berbeda’. Sudah lama kamu menumpuk senyuman itu di bawah lemari perasaanmu. Berusaha ...