Sedikit Curhat


Aku kangen mendengar suaramu. Aku kangen telingaku dicumbui suaramu yang agak berat, namun terdengar halus. Aku rindu senyumanmu. Senyum yang kadang-kadang nakal, namun tampak sederhana di wajah manismu. Aku mau menatap mata itu lagi. Mata yang menatapku tajam, namun begitu meneduhkan. Aku mau..

Dulu sempat kupikir bisa hanya menganggapmu biasa. Menganggapmu hanya sebagai adikku semata, namun nyatanya, aku justru jatuh dan mencintai adik sendiri. Aku mencintai kamu. Mencintai kesederhanaanmu. Mengagumi betapa ramah dan lembutnya dirimu. Mengagungkan ketajaman intelejensiamu. Kamu begitu sederhana. Namun kesederhanaanmu itu yang justru membuatmu berbeda. Membuatmu terlihat, spesial.

Semua bermula dari sekadar sharing cerita. Menyulam pengalaman bersama. Berbagi keluh kesah hidup. Lalu semua justru menjadi hidup. Mengikat secara perlahan. Perlahan sekali, sampai aku tidak menyadari jika aku, terjerat pesonamu.

Berbaris kata yang tersusun spontan di layer ponsel kita. Candaan yang berawal jayus, namun kini sering membuat aku tertawa sendiri jika membacanya ulang. Cuma sms dari kamu yang aku simpan di dalam ponselku. Cuma barisan kata-kata itu yang aku baca lebih dari tiga kali. Smsmu menandakan keadaanmu. Walau jarak memisahkan raga.

Aku mencintai kamu.

Baru kali ini aku tidak peduli omongan orang di luar sana. Baru kali ini aku abaikan kewarasanku. Karena semua nyatanya tidak pernah rasional. Aku mencintaimu, karena aku mencintaimu. Baru kali ini aku melompat dari urutan hidup yang lazim. Hubungan sebab akibat. Namun jika interaksi kita, kalian sebut sebab, dan rasa cinta ini, kalian sebut akibat. Aku tidak peduli. Sungguh. 

Aku pernah terluka karena dikhianati. Aku pernah merasakan perih karena ditinggalkan. Namun semua itu tidak pernah benar-benar menyiksa hatiku. Karena yang terbesar adalah mencintaimu.  Mencintaimu adalah dosa terbesarku. Kesalahan termanis yang pernah aku perbuat. Namun begitu menyiksa, karena aku jatuh cinta, tapi tidak bisa memiliki.

Aku sudahi saja sedikit curhat ini. Karena tiba-tiba aku menjadi lelah. Lelah untuk menjadi egois. Sekarang aku yang harus memutuskan. Melanjutkan. Atau menyudahi saja semua ini. Nyatanya akulah yang pengecut. Berani mencintaimu. Namun takut memperjuangkan cinta ini.

Aku benci untuk menjadi biasa. Aku harap sekali saja, untuk menjadi sempurna.

Untuk sahabatku, dan untuk cintanya.

Ciledug, 7 September 2010
When the light is turn off, your face looks so clear. And I love your way  in wherever me. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMANUSIAKAN ANAK JALANAN DAN TUNA WISMA

KANGEN AYAH

BBM dan HARAPAN RAKYAT