a story
Mengapa selalu ada awal, jika nantinya harus berakhir. Bukankah lebih baik ia ada, tanpa permulaan dan tanpa pengakhiran. Seperti lingkaran saja. Ia tidak berawal, dan tidak berakhir. Tidak bermula. Tidak bertepi.
Tapi itu tidak mungkin. Unbelievable. Kita tidak bisa melompat dari urutan hidup yang lazim. Selalu ada awal dan akhir. Ada permulaan, ada pengakhiran. Ada start, ada finish. Ada perjumpaan, dan ada perpisahan.
Itu adalah pasti di tengah relatifnya kehidupan.
Semua bermula dari ketidaksengajaan. Dari perhatian yang kau beri secara tidak sengaja. Perhatian yang kau sendiri aku yakin tidak menyadari, jika akhirnya justru menjeratku. Perlahan. Perlahan sekali.
Aku merasa kehilangan, jika kau absen di ruang smsku. Aku gelisah, jika tidak mendengar suaramu. Aku kesal, jika kau tidak menyapaku. Tapi kenapa? Kenapa harus ini yang terjadi akhirnya.
Bukankah kita sahabat saja? Bukankah kau bilang aku ini adikmu? Bukankah kita hanya berada dalam satu tim yang sama?
Tapi mengapa perhatianmu kurasa berbeda. Kurasa lain dari yang lain. Juga terhadap yang lain. Kenapa semua menjadi begini membingungkan?
Lalu apa artinya semua itu. Jika aku tanya kepadamu. Kamu selalu menggantung jawabanmu. Membuat semua menjadi absurd. Menjadi dilematis untuk diriku.
Sudahlah. Aku berhenti saja dari sirkuit berbahaya ini. Aku takut perasaan ini hanya aku yang merasa. Menjadi cinta sendiri yang membingungkan. Salahku juga yang menaruh harapku di pundakmu. Seharusnya dari awal aku sadar, bahwa perhatianmu adalah biasa. Walaupun akhirnya tidak biasa untukku.
Mungkin segalanya berawal dan berakhir. Tapi aku yakin, perasaan ini tidak berawal dan berakhir. Karena perasaan bukanlah matematika.
Dunia Andri
Ciledug. 21/11/2010
15.15
Tapi itu tidak mungkin. Unbelievable. Kita tidak bisa melompat dari urutan hidup yang lazim. Selalu ada awal dan akhir. Ada permulaan, ada pengakhiran. Ada start, ada finish. Ada perjumpaan, dan ada perpisahan.
Itu adalah pasti di tengah relatifnya kehidupan.
Semua bermula dari ketidaksengajaan. Dari perhatian yang kau beri secara tidak sengaja. Perhatian yang kau sendiri aku yakin tidak menyadari, jika akhirnya justru menjeratku. Perlahan. Perlahan sekali.
Aku merasa kehilangan, jika kau absen di ruang smsku. Aku gelisah, jika tidak mendengar suaramu. Aku kesal, jika kau tidak menyapaku. Tapi kenapa? Kenapa harus ini yang terjadi akhirnya.
Bukankah kita sahabat saja? Bukankah kau bilang aku ini adikmu? Bukankah kita hanya berada dalam satu tim yang sama?
Tapi mengapa perhatianmu kurasa berbeda. Kurasa lain dari yang lain. Juga terhadap yang lain. Kenapa semua menjadi begini membingungkan?
Lalu apa artinya semua itu. Jika aku tanya kepadamu. Kamu selalu menggantung jawabanmu. Membuat semua menjadi absurd. Menjadi dilematis untuk diriku.
Sudahlah. Aku berhenti saja dari sirkuit berbahaya ini. Aku takut perasaan ini hanya aku yang merasa. Menjadi cinta sendiri yang membingungkan. Salahku juga yang menaruh harapku di pundakmu. Seharusnya dari awal aku sadar, bahwa perhatianmu adalah biasa. Walaupun akhirnya tidak biasa untukku.
Mungkin segalanya berawal dan berakhir. Tapi aku yakin, perasaan ini tidak berawal dan berakhir. Karena perasaan bukanlah matematika.
Dunia Andri
Ciledug. 21/11/2010
15.15
Komentar
Posting Komentar