Malammu
Dunia
Andri
Dalam
keheningannya, malam membawamu kepada satu kenangan yang menandakan kalian
pernah bersama. Pernah saling menggilai, dan terikatlah cinta kalian pada satu
pegangan yang sama, kendati kalian teramat bertolak belakang.
Kamu yang unik, yang selalu menjabar apapun yang kamu
rasa dalam satu frame tulisan sarat makna. Aku pengagum tulisanmu. Jangan tanya
mengapa, karena aku tidak pernah benar-benar tahu. Tulisanmu menawarkan aku
sejuta penjelasan yang kadang orang lain tidak mampu menjelaskan. Tulisanmu
tidak kaku. Tulisanmu tidak njelimet seperti tesis doktoral. Tapi, bukan berarti tanpa esensi. Kadang
dalam kalimat yang kamu tulis sederhana, tersimpan makna yang begitu pelik.
Sampai-sampai orang harus pernah merasakan itu untuk bisa mengerti, atau
minimal setengah memahami.
Kamu itu himpunan dari segala yang laki-laki harapkan
ada pada diri seorang wanita. Parasmu yang tidak begitu cantik, tapi sanggup
membawa orang untuk berlama-lama memandang wajahmu. Caramu bertutur, mampu membuat
lawan bicaramu diam seribu bahasa, mendengarkan dengan seksama. Takut ada yang
terlewat, karena yang kamu ucapkan adalah inspirasi, penambah semangat, dan
pelipur kesedihan.
Keunikan dirimu itulah yang membuat orang-orang di
sekelilingmu memilih bertahan dan setia kepadamu. Kamu itu dualisme yang terhimpun
dalam satu sosok. Kadang kamu sangat independen, cenderung workaholic. Tapi di sisi lain, kamu bisa jadi perempuan
yang begitu rapuh. Itulah hal yang kadang aku pikir masih menandakan kamu sebagai
manusia biasa.
Di sudut kamarmu, beribu pikiran mengusik harimu,
membuatmu tidak nyaman menjalani hari-hari belakangan. Kamu tahu dan sadar
sepenuhnya. Selalu orang yang sama menyandera pikiranmu. Dia, dan hanya dia.
Dia yang
keras. Lelaki yang sama sekali bukan tipemu. Bahkan teman-temanmu pun
mengerutkan kening, saat pertama kali kamu membawa dia dan memperkenalkannya
sebagai seorang kekasih. Kamu layak mendapat lebih dari seorang dia. Begitu teman-temanmu
berkomentar.
Tapi kamu bertahan.
Dirimu yang manis, kadang bisa sangat menjengkelkan jika
sudah berkutat dengan masalah keyakinan. Kamu meyakinkan, bahwa dia berbeda
dengan laki-laki kebanyakan. Dia tegas dan bertanggung jawab. Kamu membutuhkannya.
Katamu membela.
Seiring
perjalanan kisah kalian. Masalah pun tidak bisa dihindari menghampiri dan sering
membuat langkahmu terpuruk. Kalian yang sangat berbeda, kadang tidak pernah
mencapai titik temu yang sama untuk bisa saling menjembatani kesalahpahaman.
Sampai akhirnya kamu lelah untuk selalu menjadi pihak
yang mengalah. Rasanya mengharapkan dia berubah pun sangat tidak mungkin. Kamu sendiri
mencoba untuk mengerti dia. Tapi semakin kamu berusaha, semakin dia bergerak
menjauh dan asing.
Akhirnya kamu
menyerah kalah.
Basahlah pipimu kini, saat mengulang kembali kenangan
yang pernah tertulis dalam cerita cinta kalian. Kamu tidak berusaha untuk
menghapusnya, karena kamu tidak ingin merasakan kehilangan yang teramat sangat.
Kalian sudah memutuskan, atau tepatnya kamu yang mengakhiri, bahwa cerita ini
berakhir di sini. Tidak ada episode selanjutnya, karena kamu yakin, tidak akan
mampu untuk sekali lagi berani bertahan.
Kamu tidak mengindahkan panggilan dia. Kamu hempaskan
uluran tangan dia. Karena kamu tidak mau mendengarkan alasan yang lain. Alasan
untuk membuatmu kembali kepelukannya. Jadilah kamu pejuang yang kuat. Meninggalkan
dia dalam penyesalannya.
Seandainya kamu
menjawab panggilannya. Seandainya kamu terima uluran tangannya. Mungkin malam ini
kamu tidak akan benar-benar merasa sepi. Kamu menggapia-gapai dalam keheningan.
Menghimpun kembali kepingan kata ‘seandainya’, dan membuangnya ke tempat
sampah. Sebuah akhir diputuskan. Kamu mau membuka lembaran hidup yang baru,
yang tanpa dia.
Mulailah kini kamu tuliskan lagi cerita yang baru. Yang ada
aku di dalamnya. Ada aku yang mewarnai hari-harimu, yang menyemarakkan malammu.
Aku yang selalu mencintaimu, kendati dalam diam.
Komentar
Posting Komentar