BBM dan HARAPAN RAKYAT
Rencana kenaikan
BBM (bahan bakar minyak) yang diusulkan
pemerintah, memenuhi hampir setiap pemberitaan, baik di media cetak maupun
media elektronik belakangan ini. Bahkan pemberitaan ini melebihi porsi
pemberitaan dugaan korupsi yang menyeret salah satu politisi partai Demokrat,
Angelina Sondakh.
BBM bersubsidi yang
notabenenya digunakan masyarakat dalam menjalankan roda kehidupannya, baik
ekonomi maupun aktivitas keseharian, sudah menjadi bahan primer yang porsinya
hampir sama dengan beras. Jadi, betapa urgentnya kebutuhan masyarakat
akan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui ini.
Rencana kenaikan BBM
bersubsidi yang diusulkan pemerintah, kisaran Rp. 500 – Rp. 1.500, menjadi
tamparan keras bagi masyarakat. Disaat usulan kenaikan Upah Minimum Regional
(UMR) masih simpang siur dan belum jelas, kenaikan BBM yang sudah dipastikan
akan terjadi pada bulan April mendatang makin mempersulit hidup masyarakat.
Mengutip yang
disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik di
Kementerian ESDM, "Kita pertimbangkan sangat matang dan serius karena itu
merupakan kehendak rakyat. Kalau perlu jajak pendapat kita akan dengarkan
sangat serius mendengar keinginan rakyat,"
Tentu rakyat
menginginkan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu
sesuai dengan porsi dan keperluannya. Penghematan APBN juga pasti didukung
sepenuh hati. Tapi, kepercayaan rakyat atas penghematan APBN tesebut makin lama
makin berkurang. Contohnya adalah pengadaan barang yang fungsinya sendiri tidak
terlalu mendukung kinerja mereka. Atau renovasi bangunan yang sejatinya tidak
terlalu mendesak.
Apalagi kenaikan BBM
sudah pasti bersinergi dengan kenaikan harga barang-barang pokok lainnya. Hal
ini makin memersulit masyarakat dalam upaya mereka memertahankan hidupnya. Terlebih
keadaan ekonomi yang fluktuatif. Jika harga barang selangit, namun tidak
dibarengi dengan pemasukan yang juga meningkat, sudah dapat dipastikan tingkat
inflasi juga makin tinggi. Rencana Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang beberapa
tahun lalu dipaksakan menjadi solusi kenaikan BBM, saya rasa untuk saat ini tidak
menjadi pilihan yang bijak. Karena dampaknya hanya sementara, yang diperlukan
adalah langkah yang lebih kongkrit dan jelas.
Rencana kenaikan BBM
ini sejatinya bisa disikapi dengan bijak, baik oleh pemerintah sebagai pemangku
kebijakan dan masyarakat sebagai pihak yang merasakan dampak kebijakan
tersebut. Jangan sampai kenaikan BBM Bersubsidi ini menjadi kendaraan politik
oleh segelintir orang untuk memerbaiki citra suatu kelompok atau golongan tertentu
menuju pemilihan umum 2014. Rakyat pasti mendukung rencana kenaikan ini, jika
kenaikan harga BBM bersubsidi ini dibarengi dengan perbaikan di segala lini.
Sudah sangat sering rakyat dikecewakan. Jangan sampai rencana kenaikan harga
BBM bersubsidi ini menjadi salah satu dari yang mengecewakan itu.
Indonesia menganut paham demokrasi yang artinya segala sesuatu harus dilandaskan atas kepentingan rakyat, bukan atas kepentingan segelintir orang yang duduk di Senayan
BalasHapusturunkan harga BBM :)