JANGAN HANYA PERHATIAN SESAAT
Wajah pemberitaan media massa belakangan ini, selain menyoroti kasus ‘maling sandal’ vs Briptu di Palu, Sulawesi Tengah, yang begitu menggambarkan kondisi hukum negara ini, betapa pisau hukum ternyata sangat tajam ke bawah, tapi menjadi lumpuh ketika ke atas. Juga diwarnai oleh geliat industri nasional, melalui mobil Kiat Esemka. Mobil yang diproduksi oleh anak-anak SMK di Solo, dan di’populer’kan oleh Walikota Solo, Bapak Joko Widodo (Jokowi), karena dijadikan sebagai kendaraan dinasnya.
Setelah banyak kekaguman yang ditujukan baik dari masyarakat, banyak kalangan elit yang seolah-olah ‘latah’ untuk mengikuti langkah bijak yang dilakukan oleh Bapak Jokowi. Para kalangan elit ini seolah tidak mau kalah untuk mengapresiasi karya anak bangsa ini, tidak salah memang, namun jika mobil Kiat Esemka ini hanya ditunggangi sebagai sarana publisitas citra, sungguh sangat ironis.
Bentuk kepercayaan Bapak Jokowi dengan menggunakan Mobil Kiat Esemka sebagai kendaraan dinasnya merupakan langkah nyata beliau dalam memberi apresiasi terhadap hasil karya anak daerah, yang kebetulan ada di daerah yang beliau pimpin. Hal seperti ini yang perlu ditiru. Bukan dengan memberi ungkapan minor yang cenderung melemahkan eksistensi karya anak bangsa, yang justru dilakuan oleh pemimpin daerah Jawa Tengah, bapak Bibit Waluyo, yang cenderung bermuatan politis.
Sejatinya tidak hanya perhatian sesaat yang kita berikan kepada mobil Kiat Esemka ini. langkah yang lebih kongrit harus dilakukan oleh pemerintah dalam melindungi kekayaan intelektual bangsa ini. Apalagi, setelah pemberitaan yang begitu massive, pesanan terhadap mobil ini sangat tinggi. Sehingga sangat potensial jika dikembangkan menjadi sebuah industri yang pro rakyat. Terlebih Indonesia merupakan pasar yang luas untuk produk-produk, baik otomotif maupun elektronik. Oleh sebab itu, jika wacana ini berkembang, bukan tidak mungkin kita bisa mengalahkan mobil Proton produksi Malaysia yang memiliki pasar yang luas di negeri ini.
Wacana mengenai mobil nasional (mobnas) yang kembali mencuat. Hal tersebut ditandai dengan penggabungan empat BUMN di bidang permesinan, yaitu PT Inka, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra, dan PT Dirgantara Indonesia yang dilakukan oleh kementerian BUMN, merupakan langkah awal dalam upaya mengembangan industri dalam negeri. Semoga wacana ini tidak hanya tinggal wacana.
Komentar
Posting Komentar