AKSARA S DAN A

            Aksara S mengawali keagungan namamu.
Keagungannya sangat tercermin dalam sikap dan perilakumu. Kamu yang sederhana. Kamu yang apa adanya. Membuat aku heran, bagaimana bisa dunia yang sedemikian kekurangan, terbelakang, konservatif, dan kampungan mampu menghadirkan kamu yang sedemikian istimewa. Kamu yang berbeda.
Fisikmu tidak seindah goresan Da Vinci. Atau semenakjubkan pahatan Michelangelo. Kamu itu biasa saja. Tapi, perilakumu jauh dari itu semua. Karena menggambarkan dirimu, aku harus menghimpun jutaan simfoni nada di alam raya ini. Membentuk komposisi harmonisasi yang mengalaun merdu dan berirama. Aku tidak mampu.
*
Semua berawal dari ketidaksengajaan. Dari suatu hal yang sangat sederhana, tapi terjadi begitu manis. Tatapan yang bermula mengalun malu-malu. Lalu berkembang menjadi sebuah kata sapaan “Halo..”
Berhenti disitu. Karena tiba-tiba duniamu berhenti. Oleh sesuatu yang tidak pernah bisa kamu pahami. Oleh sajak yang tidak kamu mengerti.
Cukup kata itu. Karena itu mengandung getaran yang menjalar aneh di hatimu. Ganjil, tapi nikmat. Ketika kamu bertemu seseorang yang tidak kamu kenal, kemudian kamu bisa menjadi sedemikian gelisah memikirkan dirinya. Merindukan adanya. Sampai kamu lupa untuk memikirkan keadaan dirimu. Sendiri. Inikah yang dinamakan chemistry?
Di setiap kesempatan. Di setiap ruang yang mampu menghimpun keberadaan kamu dengan dirinya. Di setiap waktu yang melibatkan kehadiran kalian. Kamu pasrah. Pasrah bahwa akhirnya duniamu berubah. Oleh hati yang mencair. Oleh tanah gersang, yang mulai menghijau. Karena dia. Dan hanya dia.
Kamu tahu, kamu tidak akan pernah bisa memiliki dia. Sekeras apapun mencoba. Setangguh apapun kamu bertahan. Karena lingkungan di mana kamu hidup, tidak akan pernah bertoleransi atas apa yang kamu rasakan itu. Kamu menyerah kalah.

Dunia kamu dan dunianya berbeda. Kamu tahu hal itu. Namun pertanyaan yang sama selalu muncul. Apakah tidak mungkin ada sesuatu yang mampu menjembataninya. Atau sekadar melepas seutas tali yang bernama. Perasaan.
Kamu selalu mencuri lihat dirinya. Menghimpun profil diriya dalam memory ingatan kepalamu. Wajahnya. Hidungnya. Bibirnya. Kulitnya. Rambutnya. Dan yang paling membuat hatimu berdesir aneh, matanya. Kedua matanya memancarkan cahaya kehidupan yang lembut. Namun mampu memenjarakan hatimu untuk selalu memikirkan dirinya. Kamu terjerat oleh pesona dirinya.
Dia selalu membuat kamu tertawa. Dengan kepolosannya. Dengan ketulusannya. Dengan kejujurannya. Dengan semua idiom yang menandakan bahwa dia begitu istimewa. Kamu akhirnya mengerti akan sebenarnya konsep mengagumi. Karena baru sekarang kamu sadar, betapa mengagumi merupakan pekerjaan paling mengasyikan.
Karena mengagumi tidak memerlukan beribu alasan untuk menjelaskannya. Lakukanlah. Karena waktumu. Waktunya. Tidak akan pernah berhenti untuk memberi kesempatan sekali lagi. Untuk kalian bisa saling mengagumi.

Setiap awal pasti memiliki akhir. Begitu pula perjumpaan antara kamu dan dirinya. Tidak ada episode berikutnya yang bertugas melanjutkan cerita hidup kalian. Karena semua sudah tamat. Tidak ada yang menang. Tidak ada yang kalah. Karena memang tidak ada kompetisi di dalamnya. Hidupmu. Hidupnya. Berjalan masing-masing.
Namun, dalam rindu ada sebagian kamu yang takut untuk beranjak pulang. Karena kamu mau menatap wajahnya sekali lagi. Cukup sedetik. Karena bagimu, sekejap waktu itu mampu menghilangkan takutmu akan konsep mencintai. Karena wajahnya adalah sesuatu yang tidak pernah bisa kamu nalar. Tidak pernah kamu bisa jelaskan arti keindahannya.
*
Aksara A mengakhiri namamu.
Berhenti disitu. Deretan huruf yang menyulam namamu akhirnya berakhir di aksara A. Memulai suatu kehidupan lain. Kehidupan yang usang. Aku.
Aku yang mendamba dirimu. Aku yang selalu mengagumimu. Aku yang memujamu sangat. Namun begitu takut untuk menyuarakan isi hati. Aku yang selalu mencintaimu. Walaupun dalam ketidaktahuanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMANUSIAKAN ANAK JALANAN DAN TUNA WISMA

KANGEN AYAH

BBM dan HARAPAN RAKYAT